Perlawanan
Paderi
Penyebab :
a)
Makin kuatnya perebutan penganut antara kaum adat dan
kaum agamis.
b)
Hokum adat yang menekankan asas matrilineal tidak
sesuai dengan hokum agama yang lebih menekankan peranan patrilineal.
c)
Berkembangnya ajaran agama yang semakin mengakar pada
kehidupan masyarakat.
d)
Adanya kebiasaan golongan adat yang berseberangan
dengan kaum agamais, seperti minum-minuman keras, sabung ayam, dan berjudi.
e)
Campur tangan Belanda dalam perebutan pengaruh di
masyarakat Sumatera Barat.
1821-1825,
Pasukan Belanda menguasai Tanah Datar dan mendirikan benteng Fort Van Der
Capollan di bawah pimpinan Letkol Raaf. Namun, Belanda dan Paderi mengadakan
Perjanjian Padang (1824) untuk menghindari kerugian yang semakin besar.
Tahun 1825,
dilakukan penyempurnaan Perjanjian Padang oleh Kolonel Stuers, berisi
kesepakatan antara lain diadakan gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol diakui
kekuasaannya, dan urusan agama di Sumatera Barat tidak lagi dicampuri Belanda.
1826-1830,
Belanda mendirikan benteng Fort de Kock di Bukit Tinggi untuk memperkuat
pertahanannya di Sumatera Barat, karena Pulau Jawa terjadi Perang Diponegoro.
1831-1836,
Belanda mengirm prajurit-prajurit jawa untuk mambnatu, namun berhasil ditangkap
pada Perang Diponegoro di Sumatera Barat, di bawah pimpinan Sentot Ali Basyah.
Namun Sentot Ali Basyah mengkhianati Balanda sehingga ia ditarik kembali ke
Batavia.
Tahun 1834, di
bawah pimpinan Cochis dan Michaels pasukan Belanda berhasil Bonjol, dan
Pimpinan Paderi Tuanku Imam Bonjol ditangkap tahun 1837, diasingkan ke Btavia,
Cianjur, Ambon, dan Manado, wafat 1864, wilayah Sumatera Barat jatuh ke tangan
Belanda.
2)
Perang
Bone
Tahun 1824-1825,
dipimpin Sultan Bone.
Penyebab :
Belanda ingin menguasai Sulawesi Selatan.
Sultan Bone
menyatakan kalah perang, dan berhasil dikuasai Belanda.
3)
Perang
Diponegoro
Penyebab :
a)
Campur tangan Belanda dalam urusan pemerintahan
Kerajaan Mataram.
b)
Penciutan wilayah Kerajaan Mataram karena diberikan
pada Belanda sebagai imbalan bantuan yang diberikan.
c)
Pungutan pajak Belanda yang semakin memberatkan.
d)
Ketidakpuasan para bangsawan karena banyak
berkurangnya hak mereka.
e)
Kekuasaan Raja Mataram yang semakin berkurang dan
pendapatan kerajaan makin menurun.
f)
Kegiatan perdagangan Mataram merosot karena
pelabuhan-pelabuhan di bagian utara Jawa telah dikuasai Belanda.
Langkah-langkah
Belanda untuk menangkal perlawanan Pangeran Diponegoro :
a) Membentuk
pasukan kontra gerilya.
b) Memecah belah
dan menghasut pengikut Pangeran Diponegoro.
c) Membangun
benteng-benteng yang semakin mempersempit pergerakan pasukan Pangeran
Diponegoro.
d) Mengangkat
Sultan Sepuh sebagai Sultan Yogyakarta dengan tujuan memecah perlawanan rakyat.
S Akibat Perang
Diponegoro :
a) Banyak
menghabiskan kas Belanda.
b) Kekuatan para
raja/bangsawan di Yogyakarta dan Surakarta berkurang.
c) Belanda
mendapatkan beberapa daerah di Yogyakarta dan Surakarta.
4)
Perlawanan
Patih Jelantik
Balanda tidak
senang dengan kemapanan Bali.
Sasaran utama
Belanda adalah Kerajaan Buleleng di bawah pimpinan I Gusti Ketut Jelantik.
Tahun 1846 Kerajaan Buleleng mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
Penyebab :
a)
Hokum Tawan Karang tidak diakui oleh Belanda.
b)
Belanda memaksa raja-raja Bali untuk mengakui
kedaulatannya.
c)
Belanda ingin memonopoli perdagangan.
Tahun
1846-1849, Kerajaan Buleleng kalh. Aibatnya : hukum Tawan Karang yang selama
ini dijalankan kerajaan Buleleng pun dihapus. Belanda berhasil menguasai
perdagangan di Bali.
5)
Perang
Banjar
Perlawanan Banjar pecah karena adanya campur tangan
pemerintah Belanda dalam urusa kerajaan.
Pangeran Amir yang sehrusnya menjadi
raja dihalangi Belanda dan malah menempatkan Pangeran Nala menjadi raja.
Karena merasa berhutang budi,Pangeran Nala menyerahkan wilayah
Kerajaan Banjar kepada Belanda.
Rakyat banjar mengadakan perang terhadap Belanda dibawah pimpinan Pangeran
Antasari.
Perlawanan berlangsung terus sampai akhir hayat Pangeran
Antasari tahun 1862.
Perlawanan dilanjutkan lagi oleh anak-anaknya untuk
membebaskan Kerajaan banjar dari pengaruh Belanda.
6)
Perlawanan
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII merupakan raja yang ke-12 dan berpengaruh luas di
Tapanuli dan sekitarnya.
Sisingamangaraja ke-XII mengadakan
perlawnan terhadap Belanda karena :
1.
Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil
2.
Adanya zending(misi penyebaran agama Kristen) di Tapanuli dan sekitarnya
3.
Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandies.
Penyebab khusus perlawanan
adalahkegeraman Sisingamangaraja atas penempatan pasukan Belanda di Talutung
dengan dalih melindungi penyebaran agama dan penguasaan Belanda atas daerah-daerah di Tapanuli
Perang tersebut dimenangkan oleh
Belanda dan diakhiri dengan gugurnya Sisingamangaraja XII tahun 1907
Setelah
Sisingamangaraja gugur,Tapanuli
jatuh ke tangan Belanda